Selasa, 19 Juli 2011

PENGARUH KADAR PUPUK FERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU


OLEH
XII IPA 1

A.RIZKA SYAMSUL BAHRI (01)
A.RIZKI SYAMSUL BAHRI (02)



SMAN 12 MAKASSAR
2010


HALAMAN PENGESAHAN


Judul                           : Pengaruh Kadar Pupuk Fermentasi terhadap
Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau
Nama                           : 1. A. Rizka Syamsul Bahri
2. A. Rizki Syamsul Bahri
3. Devy Darnitasari
AsalSekolah                : SMA Negeri 12 Makassar



DISETUJUI
GURU PEMBIMBING



Dra. Herlina Sulaiman
NIP. 19621018 198603 2 012


MENGETAHUI
Kepala SMA Negeri 12 Makassar



Drs. Abbas Pandi, MA.
NIP. 19541231 198303 1 231

Tanggal Pengumpulan
10 Agustus 2010



ABSTRAK

PENGARUH KADAR PUPUK FERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU

Penyusun                     : A. Rizka Syamsul Bahri
A.Rizki Syamsul Bahri

Pembimbing                : Dra.Herlina Sulaiman

Karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau.
Pokok permasalahan yang dibahas adalah: Bagaimana pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau.
Untuk mengungkap pengaruh tersebut, maka digunakan metode pengumpulan data berupa eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hal itu disebabkan oleh adanya unsure hara yang terdapat di dalam pupuk fermentasi tersebut.




KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan hidayah dan pertolongannya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan, guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas pada mata pelajaran biologi.
Berbagai rintangan dan hambatan yang kami alami selama penyusunan karya tulis ini, namun Alhamdulillah akhirnya dengan penuh keuletan dan kesungguhan kami, sehingga dapat terselesaikan dengan judul, “Pengaruh Kadar Pupuk Fermentasi terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang Hijau.”
Kami menyadari bahwa untuk mencapai hasil yang memuaskan tidaklah mudah, karena keterbatasan kemampuan penulis baik dari segi ilmu maupun literatur, sehingga karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena, itu saran dan kritik yang bersifat membangun, kami sangat harapkan untuk menuju ke arah penyempurnaan karya tulis ini.
Karya tulis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, maka sepatutnya kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada:
1.      Bapak Drs. Abbas Pandi, selaku Kepala SMA Negeri 12 Makassar.
2.      Ibu Dra. Herlina Sulaiman, selaku guru pembimbing dalam penyusunan karya tulis ini.
3.      Kedua orang tua kami yang memberi motivasi, dorongan, semangat dan doa yang tidak henti-hentinya.
4.      Rekan-rekan se angkatan, atas segala dorongan, saran dan komentar yang diberikan selama praktikum yang kami lakukan hingga penyelesaian karya tulis ini.
Bantuan dan pengorbanan semua pihak semoga mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembangunan, khususnya dalam pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Makassar, 10 Agustus 2010


Penulis

















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….ii
ABSTRAK………………………………………………………………………..iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………...……vi
DAFTAR TABEL…………………………………...…………………………..viii
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………..…...ix
BAB I             PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang………………………………………………….1
B.  Rumusan Masalah………………………………………………2
C.  Tujuan Penelitian……………………………………………….2
D.  Manfaat Penelitian……………………………………………...2
E.   Sistematika Penelitian…………………………………………..3
BAB II                        TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A.  Tinjauan Teori…………………………………………………..4
B.  Kerangka Pikir………………………………………………...12
C.  Hipotesis Penelitian…………………………………………...13
BAB III          METODOLOGI PENELITIAN
A.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian…………………...14
B.  Populasi dan Sampel…………………………………………..14
C.  Jenis dan Sumber Data………………………………………..14
D.  Metode Pengumpulan Data……………………………….…..14
E.   Variabel Penelitian……………………………………….……15
F.   Rancangan Penelitian………………………………………….15
G.  Instrumen Penelitian…………………………………………..15
H.  Prosedur Pelaksanaan Penelitian……………………………...15
I.     Metode Analisis Data……………………………………...….16
BAB IV          HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan……………………………………………..17
B.  Pembahasan…………………………………………………...18
BAB V            PENUTUP
A.  Kesimpulan……………………………………………………20
B.  Saran…………………………………………………………..20
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP










DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pertambahan Tinggi Tumbuhan Kacang Hijau………………………..17
Tabel 4.2 Pertambahan Jumlah Daun…………………………………………….1


DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Pertambahan Tinggi Tumbuhan Kacang Hijau………………………18
Grafik 4.2 Pertambahan Jumlah Daun…………………………………………...18


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pertumbuhan adalah proses fisiologis yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dan bertambahnya volume sel yang bersifat irreversible(tidak dapat mengecil kembali). Pada tumbuhan ber sel 1 terjadi penambahan besar sel, sedangkan pada tumbuhan multiselluler terjadi pembesaran sel maupun penambahan ukuran sel. Pada proses perkecambahan, ada 2 tipe perkecambahan; Epigeal(Perkecambahan dimana kotiledon berada di atas tanah) dan Hipogeal(Kotiledon tetap berada di dalam tanah).
Perkembangan adalah proses pada tubuh untuk mencapai kedewasaan atau maturitas. Matuaritas tidak dapat diukur secara kuantitatif namun bisa dilihat dari cirri-cirinya, contohnya Spermatophyta bila sudah berbunga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada 2; Faktor Eksternal dan Faktor internal.
Faktor Eksternal adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari luar, meliputi: nutrisi, suhu, cahaya, air, kelembaban, oksigen, dan lain-lain. Faktor Internal adalah faktor dari dalam, meliputi: gen dan hormon.
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosaeyang cukup penting di Indonesia. posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap kacang hijau masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih rendah. Di samping itu, panen kacang hijau ini harus dikerjakan beberapa kali.
Peningkatan produksi kacang hijau dilakukan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani, mendapatkan varietas-varietas yang produksinya tinggi dan masak serempak, serta peningkatan usaha pasca panen. Dari segi agronmis dapat dilakukan dengan tindakan pengairan, pemupukan NPK dan pengaturan jumlah populasi, jarak tanam, sanitasi, pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Setiap tanaman dalam siklus hidupnya pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pertumbuhan tanaman kacang hiaju terdapat berbagai faktor pembatas yang akan menentukan periode pertumbuhannya.Faktor-faktor pembatas tersebut secara garis besar terdiri dari faktor luar dan faktor dalam.
Dewasa ini, siswa siswi SMAN 12 Makassar telah melakukan percobaan pembuatan pupuk fermentasi dengan bahan EM4. Dari kegiatan itu, siswa siswi SMAN 12 Makassar berhasil membuat pupuk yang berkualitas.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka kami tertarik untuk meneliti pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau.

B.   Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.

C.  Tujuan Penelitian
Tujuan kami melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.

D.  Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Akademik
Memberikan pemahaman kepada para remaja tentang pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.

2.    Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan kepada segenap pihak yang berminat untuk meneliti tentang pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan kacang hijau.

E.   Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah :
Bab I merupakan bab pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta  sistematika penulisan.
Bab II merupakan bab tinjauan pustaka yang mencakup tinjauan teori, kerangka pikir dan hipotesis.
Bab III merupakan bab metodologi yang menjelaskan waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpula data, variabel penelitian, rancangan penelitian, instrumen penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, dan analisis data.
Bab IV merupakan hasil pengamatan dan pembahasan.
Bab V merupakan penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.  Tinjaun Teori
1.    Perkecambahan
a.    Definisi Kecambah
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangannya disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon.
Kecambah sering digunakan sebagai bahan pangan dan digolongkan sebagai sayur-sayuran. Khazanah boga Asia mengenal tauge sebagai bagian dari menu yang cukup umum. Kecambah dikatakan makanan sehat karena kaya akan vitamin E namun dikritik pula karena beberapa kecambah membentuk zat antigizi. Kecambah jelai yang dikenal sebagai malt digunakan sebagai salah satu bahan baku bir. Malt juga digunakan sebagai bagian dari minuman sehat karena mengandung maltosa yang lebih rendah kalori daripada sukrosa. Berikut adalah beberapa tumbuhan yang kecambahnya biasa dimakan orang :
N   Brokoli
N   dan lain-lain.
Kecambah merupakan pangan yang rendah kadar lemak, kaya vitamin C, serta memiliki folat dan protein yang dapat memperkecil resiko timbulnya penyakit kardiovaskular dan merendahkkan LDL (Low density lipoprotein) dalam darah. Dalam kecambah, terkandung fitoestrogen yang dapat berfungsi seperti estrogen bagi wanita. Estrogen tersebut dapat meningkatkan kepadatan dan susunan tulang, serta mencegah kerapuhan tulang (osteoporosis) khususnya bagi wanita yang berada pada masa menopause. Konsumsi kecambah juga dapat membantu wanita terhindar dari kanker payudara, gangguan menjelang mensturasi, keluhan semburat panas pada pra-menopause, dan gangguan akibat menopause. Tidak hanya itu, kecambah juga memiliki kemampuan mengurangi resiko terkena artritis, memperlancar pencernaan, reproduksi, dan saluran kelenjar (glandular). Pada beberapa jenis kecambah, terkandung senyawa fitokimia dalam jumlah besar dan salah satunya adalah kanavanin. Senyawa ini banyak ditemukan pada kecambah alfalfa dan bermanfaat untuk mencegah kanker darah, kanker usus besar, dan kanker pankreas. Selain kanavanin, senyawa anti-kanker lain yang terkandung di dalam kecambah adalah daidzein dan genistein. Senyawa genistein secara efektif menghambat pasokan gizi (makanan)untuk sel-sel kanker sehingga membunuh sel kanker dalam tubuh. Selain itu, di dalam kecambah juga terkandung saponin yang dapat meningkatkan imunitas tubuh dengan menstimulasi interferon dan sel limfosit T.
Kecambah juga dijadikan sebagai makanan sapihan. Makanan sapihan adalah makanan yang secara khusus diformulasikan untuk bayi berusia 3-9 bulan yang mengalami masa peralihan dari mengkonsumsi susu menjadi mengkonsumsi makanan padat. Pada masyarakat tradisional Indonsia, makanan sapihan yang diberikan berupa campuran nasi dan berbagai sayuran seperti bayam dan wortel ataupun ada pula yang hanya menggunakan pisang. Kelemahan dari makanan sapihan tradisional ini adalah kandungan pati yang banyak terdapat di dalamnya menyebabkan pangan tersebut menjadi bulky atau limbak karena sifat pati yang mudah menyerap air dan mengental saat dipanaskan sehingga menyebabkan bayi yang mengkonsumsinya sudah merasa kenyang sebelum lambungnya terisi cukup makanan. Selain itu, pati yang merupakan makromolekul tidak dapat dipecah secara sempurna oleh enzim pencernaan bayi yang masih sangat terbatas. Salah satu cara untuk menghasilkan makanan sapihan yang mudah, sehat, dan relatif murah adalah menggunakan tepung kecambah (tauge). Di dalam kecambah, terdapat kandungan enzim amilase yang tinggi. Dengan melakukan pengeringan selama 7-8 jam, enzim amilase pada kecambah akan memecah pati yang dikandungnya menjadi molekul sederhana sehingga tepung kecambah yang dihasilkan tidak mengental bila dipanaskan dan tidak bulky. Tepung kecambah didapatkan dari kecambah kering yang dikuliti, disangrai, digiling, dan disaring. Makanan sapihan untuk bayi sebaiknya dibuat dari campuran tepung kecambah dari dua jenis bahan, seperti tauge kacang hijau dan sorgum sehingga diperoleh campuran dengan kadar protein 10-15% dan energi yang terkandung di dalamnya 370 kkal/100 gram dengan nilai PER (protein efficiency ratio) sekitar 2,35[4]. Umumnya bayi memerlukan 16-18 gram protein per hari dan itu bisa didapatkan dengan konsumsi makanan sapihan sebanyak 80-100 gram per hari. Bila dibandingkan dengan makanan sapihan tradisional, hanya diperlukan 1/3 volume makanan sapihan dari tepung kecambah untuk memenuhi kebutuhan bayi.
b.   Proses Perkecambahan
Perkecambahan adalah tumbuhnya embrio yang terdapat dalam sebutir biji. Embrio tersebut akan tumbuh menjadi tumbuhan kecil yang lambat laun akan tumbuh makin besar menjadi tumbuhan dewasa yang lengkap. Agar dapat berkecambah, biji harus berada pada posisi yang cocok.
Perkecambahan suatu biji dipengaruhi oleh faktor luar (eksternal) dan factor dalam (internal). Faktor eksternal adalah factor-faktor yang berasal dari lingkungan, antara lain suplai air yang cukup, suhu, oksigen, dan cahaya. Sementara itu, factor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari biji itu sendiri, misalnya hormon, kematangan embrio, dan dipatahkannya dormansi.
Proses perkecambahan biasanya diawali dengan masuknya air ke dalam biji. Air masuk ke dalam biji melalui mikropil dan testa. Masuknya air ke dalam biji dipengaruhi oleh peristiwa imbibisi. Hal itu menyebabkan perubahan kondisi di dalam sel dan memungkinkan diaktifkannya enzim-enzim yang mengatalisis reaksi-reaksi biokimiawi perkecambahan. Reaksi-reaksi biokimiawi tersebut, diantaranya, adalah reaksi pembongkaran cadangan makanan yang ada pada kotiledon. Hasil reaksi tersebut digunakan sebagai sumber energi, sebagai bahan penyusun kompenen-kompenen sel, dan untuk pertumbuhan embrio. Embrio pada biji tidak memiliki klorofil sehingga kebutuhan nutrisinya terutama diperoleh dari cadangan makanan pada endosperm. Selain dari endosperm, nutrisi untuk perkembangan embrio dapat pula diperoleh dari kotiledon atau bagian lain pada bakal biji, bergantung pada karakteristik biji tersebut.
Cadangan makanan pada biji terdiri atas karbohidrat, lemak, dan protein. Tepung atau amilum merupakan cadangan makanan utama pada sebagian besar biji. Namun, pada biji bunga matahari dan beberapa jenis biji lainnya, minyak merupakan penyusun setengah dari cadangan makanannya. Pada biji kapri dan kedelai, protein merupakan cadangan makanan yang penting.
Agar dapat bekerja secara optimal, enzim-enzim yang terlibat dalam proses perkecambahan memerlukan suhu yang sesuai. Suhu optimal perkecambahan bervariasi untuk tiap jenis biji.
Sebagai makhluk hidup, tumbuhan melakukan respirasi guna menghasilkan energi untuk metabolism dan pertumbuhannya. Ketika berkecambah, biji melakukan respirasi dengan sangat cepat dan membutuhkan oksigen untuk respirasi aerob.
Pada beberapa jenis tumbuhan, cahaya diperlukan untuk perkecambahan bijinya. Namun, beberapa jenis tumbuhan lainnya, cahaya justru menghambat perkecambahan biji. Untuk pertumbuhan batang tumbuhan, diperlukan hormone auksin, tetapi aktivitas hormone ini dihambat oleh cahaya. Meskipun menghambat pertumbuhan batang, cahaya diperlukan untuk pembentukan klorofil dan untuk meningkatkan pembentangan daun.
Kecambah yang ditumbuhkan pada tempat yang cukup terang akan tumbuh agak lambat, tetapi berdaun hijau. Sebaliknya, kecambah yang tumbuh di tempat yang gelap akan tumbuh lebih cepat, batangnya menjadi sangat panjang, tetapi daunnya berwarna kuning karena tidak terbentuk klorofil. Keadaan seperti ini dinamakan etiolasi.
Dalam proses perkecambahan, setelah kulit biji pecah, organ yang muncul adalah radikula yang diikuti oleh (kuncup primer pucuk batang lembaga). Sementara itu kotiledonnya ada yang tetap berada di dalam tanah dan ada yang terangkat ke atas tanah. Berdasarkan posisi kotiledonnya, perkecambahan dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
N  Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas tanah. Hal ini disebabkan oleh hipokotil yang tumbuh memanjang. Akibatnya, plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah, misalnya pada perkecambahan kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan kacang tanah (Arachis hypogaea).
N  Perkecambahan hypogeal adalah perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon tetap tertanam di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan memanjang dan epikotil yang menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah, sedangkan kotiledon tetap di dalam tanah, misalnya pada perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum), jangung (Zea mays), dan padi (Oriza sativa).








2.    Pertumbuhan Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti berikut ini.
Divisi          : Spermatophyta
Sub-divisi   : Angiospermae
Kelas          : Dicotyledoneae
Ordo           : Rosales
Famili         : Papilionaceae
Genus         : Vigna
Spesies        : Vigna radiata atau Phaseolus radiatus
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu (Soeprapto, 1993).
Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji (Soeprapto, 1993).
Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam . Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan (Soeprapto, 1993).
3.    Pupuk Fermentasi
Sampah adalah sebagian dari benda-benda atau sisa-sisa barang yang dipandang tidak berguna, tidak dipakai, tidak disenangi dan harus dibuang sehingga tidak mengganggu kelangsungan hidup manusia (Daryanto, 1995). Sampah dalam berbagai wujud dan sumbernya mempunyai konotasi negative karena menimbulkan pencemaran yang menyebabkan penyakit. Tumpukan sampah juga bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor. Secara kimiawi sampah dibedakan atas sampah organic yakni sampah yang mudah diuraikan karena memiliki rantai kimia yang pendek dan sampah anorganik yakni sampah yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme karena rantai kimia yang panjang. Sampah organik berupa sayur-sayuran, dedaunan, buah-buahan dan sampah anorganik misalnya plastik, kaleng, pecahan kaca, dan lain-lain.
Guna menghindari pencemaran yang disebabkan oleh sampah padat di SMAN 12 Makassar, maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengkonversikan biomassa sampah padat pasar menjadi kompos. Kompos sangat menguntungkan karena dapat memperbaiki prduktivitas dan kesuburan tanah. Namun kompos yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang baik. Permasalahannya ialah sampah organic tidak dapat langsung diubah menjadi kompos. Hal ini dikarenakan rantai-rantai penyusun sampah organic tidak langsung dapat terurai mejadi komponen-komponen yang lebih sederhana. Selain itu, kondisi merubah sampah organic menjadi kompos juga sangat menentukan.
Oleh karena itu digunakan Effective Microorganism (EM-4). Tujuannya untuk mengurangi rantai-rantai panjang penyusun sampah organic menjadi molekul sederhana sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Kualitas kompos umumnya ditentukan oleh kandungan unsur hara yang ada. Kandungan unsur hara dalam kompos terbilang lengkap tapi jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan bahan lain seperti urin ternak, tepung darah, tepung tulang, tepung kerabang, cangkang udang, dan mikroorganisme yang menguntungkan.
EM4 merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan mikroba tanah, memperbaiki kesehatan dan kualitas tanah serta mempercepat proses pengomposan. Mikroorganisme ini memberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas kompos. Sedangkan ketersediaan unsur hara dalam kompos sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu yang diperlukan bakteri untuk mendegradasi sampah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka siswa-siswi SMAN 12 Makassar melakukan praktikum untuk merubah sampah organic menjadi kompos yang berkualitas dengan menggunakan EM4 sehingga dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman.
Cara pembuatan pupuk fermentasi tersebut sangat mudah. Tahapp pertama yaitu mencampur gula merah yang dihaluskan, air dan larutan EM4 100 mL ke dalam botol kemudian ditutup rapat dan dikocok. Larutan yang telah dibuat kemudian disimpan selama 5 jam sampai 2 hari. Setelah itu, menyiram dedaunan kering dengan larutan tersebut dengan tingkat kebasahan 30-40% dan diaduk. Dedaunan tersebut disimpan selama 1 minggu dan setiap hari dibolak-balik. Setelah proses penyimpanan selama 1 minggu, maka pupuk fermentasi buatan siswa-siswi SMAN 12 Makassar siap digunakan pupuk tersebut bisa digunakan untuk semua jenis tanaman.








B.  Kerangka Pikir
 























C.  Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kami mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “diduga ada pengaruh yang signifikan antara kadar pupuk terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau.”



















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Apotik Hidup XII IPA 1 SMAN 12 Makassar dari tanggal 29 Juli 2010-4Agustus 2010.

B.   Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kacang-kacangan.
Sedangkan sampel yaitu himpunan bagian dari populasi  yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Sampel dalam penelitian ini adalah kacang hijau.

C.  Jenis dan Sumber Data
1.    Jenis Data
Jenis data yang kami gunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk pengolahan angka atau bilangan atau data numerik untuk dapat menghasilkan penafsiran yang kokoh.
2.    Sumber Data
a.     Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh langsung dari eksperimen yang dilakukan.
b.    Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari buku-buku, literatur ilmiah, dan laporan-laporan yang ada.

D.  Metode Pengumpula Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan percobaan atau eksperimen.

E.   Variabel Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, adalah:
N Variabel bebas   : kadar pupuk fermentasi (2 sdm, 5 sdm, dan 10 sdm).
N Variabel terikat  : ukuran pot, tempat penyimpanan, air, jenis tanaman.
N Variabel kontrol : pertumbuhan tanaman (tinggi dan jumlah daun).

F.   Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, kami memberikan 4 perlakuan yang berbeda di antara 4 pot, yaitu sebagai berikut.
N Pot A : tanaman kacang hijau tanpa pupuk
N Pot B : tanaman kacang hijau + 2 sendok makan pupuk fermentasi
N Pot C : tanaman kacang hijau + 5 sendok makan pupuk fermentasi
N Pot D : tanaman kacang hijau + 10 sendok makan pupuk fermentasi

G.  Instrumen Penelitian
1.    Alat
N Pot
N Serbet
N Sendok makan
N Mangkok kecil
2.    Bahan
N Kacang hijau
N Pupuk fermentasi
N air

H.  Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1.    Menyiapkan alat dan bahan
2.    Merendam kacang hijau selama 3 jam
3.    Menyimpan kacang hijau di atas serbet sampai berkecambah.
4.    Selama kacang hijau disimpan di atas serbet, setiap hari kacang hijau tersebut dipercikkan air.
5.    Memberikan label pada pot sesuai.
6.    Mencampur tanah dengan pupuk fermentasi sesuai kadar yang ditentukan.
7.    Memasukan pupuk dan tanah tersebut ke dalam pot.
8.    Menanam kacang hijau yang telah berkecambah ke dalam pot tersebut.
9.    Menyiram kacang hijau tersebut dengan kadar air yang sama.
10.Mengamati pertumbuhan tanaman kacang hijau selama 6 hari.
11.Mencatat pertumbuhan kacang hijau ke dalam table yang telah disediakan.
12.Mempresentasekan hasil penelitian.
13.Membuat karya tulis ilmiah hasil pengamatan.

I.     Metode Analisis Data
Data di analisa setelah kurun waktu yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini waktu yang di perlukan adalah 6 hari. Data tersebut akan kami rata-rata sesuai dengan ketentuan. Setelah hasil analisa keluar, akan kami gunakan untuk menguji hipotesa kami.














BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian
1.     Tabel
Tabel 4.1 Pertambahan Tinggi Tumbuhan Kacang Hijau
Pot
Perlakuan
Tinggi Tanaman pada Hari ke-
1
2
3
4
5
6
A
Tanaman dengan kadar pupuk 0 sdm
-
1,96
5,6
7,76
9,22
12,96
B
Tanaman dengan kadar pupuk 2 sdm
0,23
3,1
6,08
7,66
8,52
13,2
C
Tanaman dengan kadar pupuk 5 sdm
0,25
1,32
4
6,48
7,76
11,64
D
Tanaman dengan kadar pupuk 10 sdm
-
1,22
3,9
5,5
6,6
8,5
Tabel 4.2 Pertambahan Jumlah Daun
Pot
Perlakuan
Jumlah Daun pada Hari ke-
1
2
3
4
5
6
A
Tanaman dengan kadar pupuk 0 sdm
-
1
2
2
2
2
B
Tanaman dengan kadar pupuk 2 sdm
-
2
2
2
2
2
C
Tanaman dengan kadar pupuk 5 sdm
-
1
2
2
2
2
D
Tanaman dengan kadar pupuk 10 sdm
-
1
2
2
2
2

2.     Grafik
Grafik 4.1 Pertambahan Tinggi Tumbuhan Kacang Hijau
Grafik 4.2 Pertambahan Jumlah Daun
B.   Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat kita ketahui bahwa pupuk fermentasi berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang hijau. Hal itu disebabkan karena pupuk fermentasi mengandung banyak unsur hara.
Pada pot A pertumbuhannya normal walaupun tidak diberikan pupuk. Hal itu disebabkan karena pot A masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti tanah, air, cahaya, suhhu dan kelembapan.
Pada pot B pertumbuhannya lebih cepat karena mendapatkan pupuk fermentasi yang cukup. Sedangkan pot C dan D pertumbuhannya lambat. Hal itu disebabkan kadar pupuk fermentasi yang berlebihan sehingga menjadi racun bagi tanaman kacang hijau.
























BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan, maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa ada pengaruh kadar pupuk fermentasi terhadap pertumbuhan kacang hijau. Hal itu disebabkan oleh adanya unsure hara yang terdapat di dalam pupuk fermentasi tersebut.

B.   Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka kami mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1.    Siswa lebih teliti dalam melakukan pengukuran pertambahan panjang tanaman.
2.    Pemberian air, jenis tanah, tempat penyimpanan, pencahayaan, suhu, dan kelembapan hendaknya sama.
3.    Dalam penulisan hasil penelitian harus sesuai dengan data yang ada (objektif).
 





1 komentar: